Sekolah pelosok
berprestasi mungkin
bukan istilah yang aneh lagi terdengar oleh telinga kita. Di Indonesia,
keberadaan sekolah dipinggir kota tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebut saja
MA Nurut Tauhid di Desa Robatal, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang yang
baru-baru ini berhasil memboyong 2 tropi kemenangan di perlombaan setingkat
kabupaten. Simak kisah mereka berikut ini.
Minggu pagi
yang cerah, dua sepeda motor terlihat kesusahan membawa 2 buah piala setinggi
70 cm. Ya, mereka 2 bocah berseragam pramuka dan seorang guru muda berkerudung
biru sedang bersusah payah melalui jalan terjal menuju sekolah pelosok
berprestasi tempat mereka menimba ilmu di Desa Robatal, Kecamatan Robatal,
Kabupaten Sampang. Dua piala tersebut berhasil mereka boyong dari acara Lomba
Foto Esai yang dihelat semalam.
Sebelumnya,
dengan berbekal niat yang kuat untuk mengangkat nama yayasan Nurut Tauhid,
mereka bertiga (Nailis dan Noer Azizah serta seorang guru muda) bertekad datang
ke kota untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olahraga,
Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sampang. Berdasarkan informasi, lomba yang
diadakan pada tanggal 7 dan 8 Desember 2018 mengangkat 3 kategori yaitu
kategori pendidikan, ekonomi dan budaya pariwisata.
Dua siswa
tersebut bukan berasal dari sekolah favorit ataupun terkenal. Mereka berdua
adalah siswi dari MA Nurut Tauhid, sebuah sekolah swasta yang berada di pinggir
Kabupaten Sampang. Akses jalan yang cukup sulit membuat mereka jarang sekali
mengikuti event-event di pusat kota. Bahkan, ini adalah even pertama setingkat
kabupaten yang diikuti oleh dua siswi tersebut.
Mengangkat
tema lokal dari dusun Panggung, Nailis
dan Noer Azizah akhirnya mengirimkan 4 karya mereka. Nailis memilih mengangkat
tema ekonomi dan pendidikan, sedangkan Noer Azizah mengangkat tema budaya dan
pendidikan. Keduanya bahu membahu dengan arahan guru tugas dari Yayasan Dana
Sosial Al Falah yang kebetulan sedang mengemban amanah sebagai guru disana mencari
berbagai sumber dan data yang diperlukan.
Setelah
mengalami beberapa revisi dua siswi tersebut mengirimkan karya foto esai
mereka. Dua karya mereka berhasil lolos dan masuk kedalam tahap final. Demi
mewujudkan harapan sebagai sekolah pelosok berprestasi, mereka berjuang
mati-matian agar tidak mengecewakan guru-guru yang menaruh harapan besar
dipundak mereka. Bersaing dengan sekolah lain, mereka mengeluarkan segenap daya
dan upaya untuk menampilkan yang terbaik.
Dengan dukungan dari seluruh guru
yayasan dan pendampingan langsung dari guru tugas YDSF mereka berhasil melalui
tahap presentasi dengan lancar dan applause dari para juri.
Malam puncak
dihelat pada tanggal 8 Desember 2018. Serangkaian acara dalam rangka peringatan
hari Jadi Sampang yang ke-395 dihelat pada malam itu. Hingga tibalah
detik-detik menegangkan, dua nama tak kunjung. Hati mereka berdebar kencang.
Dan, beberapa menit kemudian nama 2 siswi tersebut dipanggil oleh MC sebagai
juara 1 pada dua kategori.
Tangis
bahagia menyelimuti dua wajah polos malam itu. Ucapan selamat terucap dari
beberapa guru yang menyaksikan mereka menerima penghargaan dan berfoto bersama
PJ Bupati Sampang. Dua piala berwarna merah dan hijau di almari sekolah ini
menjadi saksi perjuangan mereka malam ini.
“Tak ada yang
tidak mungkin di dunia ini. Selagi mau berusaha, meskipun kalian dari sekolah
pinggiran, kalian mampu mengangkat kepala, berdiri sejajar dengan mereka dan
menjadi bukti bahwa kita mampu menjadi sekolah pelosok berprestasi”
(Salis Maulidiyah, DM 32)